Langsung ke konten utama

Istri Pengen Self Care VS Suami yang Nggak Peka

Aku tergelitik untuk nulis ini karena baca salah satu komentar di Instagramku, yang ngebahas tentang pentingnya para ibu meluangkan waktu untuk self care ( Tonton di sini ).  Kalo ditanya, pasti semua ibu pengen self care -an. Tapi realitanya, boro-boro, mau self care gimana? Udah repot duluan ngurus anak. Belum lagi kalo suami nggak peka 😢  Kayaknya sangat mewakili ibu-ibu banget yaa. Angkat tangan kalo relate ! 🤭 Emang ya, Bun. Setelah punya anak, apalagi masih kecil, mau nyuri waktu self care tuh "menantang" banget. Padahal itu salah satu kebutuhan dasar supaya kita bisa recharge energi. Makanya, penting banget peran suami di sini untuk gantiin take care anak atau bantu pekerjaan rumah selama kita self care . Tapi, banyak istri yang ngerasa suaminya nggak peka, nggak mau bantu.  Tau nggak, kalo sebenarnya kebahagiaan tertinggi seorang laki-laki adalah ketika ia bisa membahagiakan pasangannya. Boleh di kroscek ke suami masing-masing, apa definisi kebahagiaan bagi mere

Review Braga Art Cafe, Tempat Nyaman untuk Menepi dari Hiruk Pikuk Braga


Sabtu kemarin aku kedatangan tamu temen-temen kuliah yang sekarang udah tinggal luar kota. Berhubung mereka udah pada eneg liat mall, kami pun mencari alternatif tempat lain untuk bertemu. Salah satu di antara kami mengusulkan untuk bertemu di Braga. Semua langsung menyetujuinya. Emang sih, kalo nyari tempat yang suasananya Bandung banget, Braga menjadi salah satu tempat yang pas untuk dikunjungi.

Sayangnya aku nggak sempet jalan-jalan kemarin karena temenku yang emang udah duluan sampai, udah kelaparan dan langsung mengajak makan. Kebetulan tidak jauh dari tempat kami berdiri ada sebuah cafe, namanya Braga Art Cafe. Kami pun memutuskan untuk ke sana. Karena namanya art cafe, dalam bayanganku cafe ini berkonsep seperti galeri seni. Di mana terdapat deretan lukisan dan benda-benda seni lain yang akan memanjakan mata pengunjung sembari menikmati makanan. Tapi ternyata aku salah. Nuansa seperti itu hampir tidak terlihat. Justru yang lebih menonjol dari cafe ini adalah nuansa tradisionalnya. Terutama di lantai atas. Terdapat banyak ornamen kayu termasuk pada hiasan dinding dan tiang-tiang penyangga. Suasananya sedikit mengingatkanku pada salah satu cafe di Bali.



Sebenarnya aku lumayan nggak nyangka karena di tengah ramainya kota Braga ternyata ada juga cafe yang tenang, dengan musik-musik santai dan interior yang bikin pengunjung betah berlama-lama.

Kalau bukan karena kebutuhan foto-foto buat ngisi feed Instagram aku lebih memilih untuk datang ke tempat yang tenang dan nyaman seperti ini dibanding ke cafe hits tapi waiting list-nya panjang banget, bising pula karena dipenuhi anak-anak abg (yang kadang bikin aku ngerasa "udah bukan umurnya aku dateng ke tempat kayak gitu. 🙁)

Berbeda dengan di lantai atas, di bawah interiornya lebih modern meskipun tetap tidak meninggalkan unsur utama yaitu kayu. Terdapat meja bar besar sebagai point of view-nya. O iya, semua tempat di sini adalah smoking area. Jadi bagi yang tidak merokok atau membawa anak kecil kusarankan memilih duduk di lantai atas, di area terbuka supaya tetap bisa menghirup udara segar.

Untuk makanannya, Braga Art Cafe ini menawarkan beragam menu, dari tradisional hingga western. Harganya pun cukup terjangkau, standar cafe-cafe di Bandung.

Aku memesan lemon tea dan penne carbonara. Lemon tea nya enak, manisnya pas dan tidak terlalu asam. Penne carbonara-nya juga enak.

Selain itu aku juga sempat mencicipi makanan suami. Dia memesan java bistik. Ini perpaduan unik western dengan tradisional. Steak dilumuri dengan saus yang entah apa namanya tapi dominan banget rasa manisnya. Sebenarnya aku sendiri tidak terlalu suka. Tapi bagi penyuka manis hidangan ini bisa jadi pilihan.


Harga
Penne Carbonara: 35k
Java Bistik: 37k
Lemon Tea: 15k

Over all nggak nyesel deh datang ke sini. Teman-temenku pun kelihatannya cukup menikmati. Kami bisa mengobrol puas dengan nyaman sambil melahap makanan yang disajikan.

Braga Art Cafe
Jl. Braga Indonesia No.68,
Kec. Sumur Bandung,
Kota Bandung, Jawa Barat, 40111
(Seberang Braga City Walk)

Komentar

  1. Wah di braga ada juga ya cafe art kaya gini, masuk wishlist kalau ke bandung, suamiku suka banget nuansa kaya gini, thank you

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus dong, sekalian jalan2 romantis berdua di sepanjang jalan braga.

      Hapus
  2. Balasan
    1. Wahh.. senangnya. Aku baru tau ada tempat secantik itu di bandung setelah hampir lulus kuliah

      Hapus
  3. Wah mayan ugha, mau mampir kirain art cafe ada galeri nya ya hihi tapi ternyata kayak cafe2 di dago. Duh bener banget udah males ke cafe kekinian buat foto doang mending di tabung buat Umroh aamiin, tfs kaka

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Softlens New More Dubai (Honey Brown)

Sebagai penderita mata minus aku jarang banget memakai softlens. Aku lebih memilih pakai kacamata untuk sehari-hari karena nggak ribet, dan hanya memakai softlens untuk event tertentu saja seperti kondangan atau acara spesial lain. Kebetulan bulan ini banyak banget undangan nikahan. Jadi aku memutuskan untuk beli softlens lagi. Walau hanya perintilan kecil aku ngerasa ini ngaruh banget untuk penampilanku keseluruhan. Meski baju dan dandanan udah cantik, kalau pakai kacamata tuh rasanya kurang perfect aja gitu.

Perjalanan Seorang Ibu Baru Berdamai dengan Diri Sendiri

Butuh waktu 3 tahun sampai aku bener-bener bisa menerima peran baruku sebagai ibu. Sebelumnya, aku cukup struggle dengan segala perubahan yang terjadi. Duniaku melambat. Aku yang selama ini ambisius tiba-tiba harus kehilangan apa yang selama ini kukejar. Karier, kebebasan, penghasilan dan juga mimpi-mimpiku. Aku ngerasa useless , nggak berharga, nggak berdaya sehingga aku marah ke diri sendiri. Aku juga ngerasa bersalah karena nggak mampu membahagiakan orang-orang yang kucintai. Kondisiku ini, kalau dilihat dari skala kesadaran manusia, berada pada level terendah, lebih rendah dibandingkan perasaan sedih, di mana orang-orang bisa sampai terpikir bunuh diri, itu karena dia udah ada pada level kesadaran tersebut. Untungnya, aku masih cukup waras untuk tidak melakukan hal-hal yang membahayakan. Meski begitu, aku selalu dilanda kecemasan hampir setiap saat. Desember 2021, bulan di mana anakku tepat berusia 3 tahun. Aku merasa bahwa yang terjadi denganku sudah sangat mengganggu. Sempet coba

Silly Gilly Daily: Rekomendasi Bacaan untuk Para Introvert

Beberapa tahun ini buku dengan konsep full colour dengan gambar-gambar ilustrasi sedang naik daun. Ditandai dengan munculnya buku #88LOVELIFE karya fashion blogger Diana Rikasari dan ilustrator Dinda PS pada tahun 2015 (Kabarnya buku ini sempat ditolak oleh penerbit sebelum akhirnya menjadi buku best seller ). Hingga baru-baru ini muncul buku yang fenomenal banget, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (nkcthi) yang langsung terjual 5000 eksemplar di menit-menit pertamanya (Aku termasuk salah satu yang menunggu2 buku ini terbit. Sampai harus bolak balik ke toko buku karena selalu sold out ). Kehadiran buku berilustrasi semacam ini menurutku memberi dampak sangat positif sehingga masyarakat antusias datang ke toko buku. Padahal dari segi harga buku ini tidaklah murah. Orang yang tadinya nggak suka membaca mulai tertarik dengan buku karena ilustrasinya. Bagi yang memang hobi membaca, mereka jadi punya alternatif bacaan yang nggak cuma berisi tulisan aja.