Langsung ke konten utama

Istri Pengen Self Care VS Suami yang Nggak Peka

Aku tergelitik untuk nulis ini karena baca salah satu komentar di Instagramku, yang ngebahas tentang pentingnya para ibu meluangkan waktu untuk self care ( Tonton di sini ).  Kalo ditanya, pasti semua ibu pengen self care -an. Tapi realitanya, boro-boro, mau self care gimana? Udah repot duluan ngurus anak. Belum lagi kalo suami nggak peka 😢  Kayaknya sangat mewakili ibu-ibu banget yaa. Angkat tangan kalo relate ! 🤭 Emang ya, Bun. Setelah punya anak, apalagi masih kecil, mau nyuri waktu self care tuh "menantang" banget. Padahal itu salah satu kebutuhan dasar supaya kita bisa recharge energi. Makanya, penting banget peran suami di sini untuk gantiin take care anak atau bantu pekerjaan rumah selama kita self care . Tapi, banyak istri yang ngerasa suaminya nggak peka, nggak mau bantu.  Tau nggak, kalo sebenarnya kebahagiaan tertinggi seorang laki-laki adalah ketika ia bisa membahagiakan pasangannya. Boleh di kroscek ke suami masing-masing, apa definisi kebahagiaan bagi mere

Rekomendasi Dokter Kandungan dan Bidan di Bandung

Adakah yang nyasar ke blog ini karena sedang kebingungan nyari rekomendasi dokter kandungan? Kebingungan yang sama juga sempet aku rasain setahun yang lalu, di awal-awal kehamilanku. Apalagi sebagai pendatang di kota Bandung ini aku sama sekali nggak tau dokter kandungan mana yang bagus. Selama hamil aku selalu berpindah-pindah dokter, dengan hanya mengandalkan informasi dari Google. Positifnya aku jadi tau dokter kandungan mana yang memang benar-benar bagus atau setidaknya cocok denganku. Berikut beberapa di antaranya:
1. Dokter Maximus Mudjur SpOG - RS Boromeus
Kalau kalian mencari di Google kata kunci "Dokter kandungan di Bandung", nama ini menjadi salah satu yang paling banyak muncul. Respon dari pasiennya juga sangat positif, bikin aku penasaran pengen konsultasi ke dokter Maximus. Selain buka praktek di Jalan Cilaki, No.2, Cihapit, beliau juga praktek di RS Boromeus. Aku memilih datang ke RS Boromeus, sekalian untuk survei tempat buat lahiran nanti. Setelah konsultasi dengan beliau, aku segera tahu beliau memang beda dari dokter-dokter kebanyakan. Nggak sekedar memberikan informasi medis tentang kondisi kandunganku, tapi juga memberikan wejangan spiritual. Menurutnya, di jaman yang serba maju ini, orang cenderung lebih percaya pada dokter/medis padahal dokter sifatnya hanya membantu, tetap segalanya kuasa ada pada Tuhan. Jangan sampai juga kita hanya terfokus pada tubuh tapi mengesampingkan jiwa dan ruh sebab itu semua adalah satu kesatuan yang membentuk kita, manusia. Yang mengejutkan, beliau bisa tahu kalau selama ini aku dan keluargaku memiliki masalah yang sama, nyeri berlebihan saat haid. Itu bener banget! Tapi tau darimana coba, padahal waktu itu aku hanya periksa USG (yang ini sih lumayan bikin aku takut jangan-jangan bisa baca pikiranku juga. Wkwk). Selebihnya beliau benar-benar pay attention ke pasien. Seperti ketika di akhir pertemuan, beliau berpesan agar aku dan suami selalu menjaga keharmonisan karena itu penting untuk perkembangan janin di dalam perut.  Hmmm.. pantes aja kalau namanya termasyhur.

2. Bidan Ria Fitria- Cijawura, Margasari
Setelah sebelumnya kontrol ke dokter terus, aku mencoba alternatif lain ke bidan yang harganya lebih terjangkau. Selain itu agar aku bisa membandingkan apakah nantinya akan lahiran dengan bidan atau dokter. Meskipun jaraknya cukup dekat dengan tempat tinggalku, namun nyari rumah bidan Ria ini lumayan bikin mumet karena melewati area perumahan dan jalan-jalan yang berbelok. Untung aja nggak sampai nyasar.
Ketika sampai di rumah bidan Ria, aku sempet ragu untuk masuk karena di depan sedang banyak orang sibuk pasang dekor kayak mau hajatan gitu. Setelah tanya-tanya pada orang yang ada di situ, baru aku memberanikan diri untuk masuk. Bertemulah aku dengan bidan Ria. Orangnya ramah banget. Beliau memperlakukanku bukan sebagai pasien, melainkan seperti teman atau saudara sendiri. Aku yang selama hamil ini jauh dari keluarga, ngerasa terharu juga. Ngerasa ada yang merhatiin gitu. Huhuu..
Sebagai calon ibu baru, tentu banyak pertanyaan dan kekhawatiran, namun hal itu seringkali tidak tersampaikan saat konsultasi dengan dokter. Mungkin karena pasien yang mengantri lebih banyak, jadi dokter hanya menangani pasien seperlunya saja. Berbeda dengan bidan Ria, beliau benar-benar meluangkan waktunya untukku sehingga aku nyaman untuk sharing. Sama sekali nggak terkesan terburu-buru padahal beliau pasti lagi riweuh ngurusin hajatan yang ternyata acara sunatan anaknya besok. Malahan aku diundang juga untuk datang.
Pertemuan pertamaku dengan bidan Ria aku langsung ngerasa cocok. Sayangnya beliau hanya buka praktek di rumah. Seandainya praktek di klinik atau RS aku mau banget lahiran dengan beliau. Maklum anak pertama, masih takut kenapa-napa. Kalau di RS, meskipun lahiran dengan bidan, tetap ada back up dokter dengan peralatan yang lebih canggih. Kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan saat persalinan bisa lebih cepat tertangani.

3. Dokter Tia Indriana-RS Al Islam Bandung
Di rumah sakit Boromeus sebenarnya aku udah cukup puas dengan pelayanannya. Tapi aku pengen ada pendekatan secara rohani, sesuai agamaku tentu aja. Aku percaya itu akan memberi ketenangan sekaligus kekuatan tersendiri buatku saat lahiran nanti. Alasan itu yang membawaku datang ke RS Al Islam di jalan Soekarno-Hatta. O iya, di sini pelayanannya terbagi dalam dua jenis, reguler dan eksekutif. Perbedaannya terletak pada harga, eksekutif lebih mahal dibanding reguler. Selain itu, di eksekutif hasil USGnya bisa diprint sementara reguler tidak. Selebihnya aku nggak menemukan perbedaan yang berarti. (Ngantri mah tetep ngantri juga).
Tadinya sih aku pengen konsultasi ke dokter Anissa di kelas reguler yang menurut temenku bagus. Tapi berhubung pasien di dokter Annisa dan kelas reguler udah penuh semua, terpaksa aku memilih kelas eksekutif (Nggak papa deh lebih mahal dikit daripada pulang dengan hati kecewa). Untungnya aku nggak salah pilih dokter. Aku bertemu dengan dokter Tia Indriana. Beliau ini sangat detail menjelaskan hasil USG. Kan ada tuh dokter yang pelit bicara, dan baru akan menjelaskan kalau ditanya, sementara dokter Tia ini, tanpa ditanya pun beliau udah menjelaskan secara detail.
Meski cocok dengan dokternya, tapi aku nggak milih RS Al Islam untuk kontrol lagi maupun lahiran karena tempatnya yang terlalu ramai. Belum lagi pendaftaran dan ruang tunggunya bercampur dengan pasien lain (yang bukan ke dokter kandungan) jadi aku udah pusing duluan ngelihatnya.

4. Klinik Utama Al Islam- Awi Bitung
Klinik ini adalah tempat pertama yang kukunjungi untuk memeriksakan kehamilan. Waktu itu aku nggak langsung klik dan masih ingin mencari alternatif lain. Setelah survei kesana kemari akhirnya, di usia kandunganku yang udah 8 bulan, aku kembali ke klinik ini dan nggak pindah2 lagi sampai lahiran.
Sebenernya dokter atau bidannya nggak ada yang terlalu berkesan seperti orang-orang yang telah kusebutkan sebelumnya. Namun aku juga tidak menemukan alasan untuk kapok datang ke sini lagi. Segala sesuatunya sesuai dengan birth plan-ku. Tempatnya tidak terlalu ramai. Nggak terlalu luas juga, dan memang dikhususkan untuk ibu dan anak, jadi nggak pusing nyari ruangan-ruangannya karena jaraknya saling berdekatan. Petugasnya pun ramah-ramah. Dan yang terpenting harganya lebih terjangkau dibanding di tempat lain. Itulah beberapa alasan yang menjadi pertimbanganku untuk melahirkan di klinik Utama Al Islam ini.

Selama hamil aku hampir tidak pernah menemui masalah dengan kandunganku. Dokter juga menyatakan bahwa kandunganku sehat-sehat saja. Hal itu membuatku mantap memutuskan lahiran secara normal dengan didampingi bidan. Bidan sangat pro dengan kelahiran normal dan induksi alami. Kalau dengan dokter aku malah parno duluan, takut diberi tindakan medis yang nggak perlu. Lagipula, sejauh pengalamanku bidan lebih perhatian dibanding dokter. Tapi masalahnya, selama di klinik Al Islam aku selalu kontrol dengan dokter, jadi aku nggak tahu bidan yang bagus di sini. Untungnya aku ketemu dengan bidan yang baik (Tapi aku malah lupa tanya namanya. Huhuu...) Kebetulan waktu itu beliau sedang bertugas jaga. Beliaulah yang membantu persalinanku sehingga dapat berjalan dengan lancar. Orangnya baik, sabar dan ramah. Masih muda juga, jadi ketika ngobrol kayak ngobrol sama temen aja. Dengan beliau aku nggak sungkan menyampaikan segala keluhanku. O iya bidan ini juga lagi hamil loh! Bayangin, sedang hamil kerja sift malam pula. Dari sini aja bisa dilihat bagaimana dedikasinya untuk menolong pasien. (Makasih ya Bu Bidan, sehat selalu. Semoga dilancarkan persalinannya nanti).

Sedikit aja, yang nggak kusuka dari klinik ini hanyalah toiletnya. Di ruang observasi tidak ada toilet duduk, yang ada hanya toilet jongkok. Habis lahiran kan ngilu ya kalau harus jongkok, takut jahitannya lepas. Tapi setelah dipindah ke kamar rawat inap, toiletnya udah pakai toilet duduk, jadi lebih nyaman. Selebihnya aku puas dengan pelayanan keseluruhan. Nuansa Islami yang aku harapkan juga dapet banget. Saat lahiran misalnya, selain diputarkan musik relaksasi, diputarkan juga murotal alquran. Hati jadi lebih tenang karenanya. Begitu pun saat di ruang perawatan. Pada jam tertentu akan terdengar lantunan ayat suci al quran. Yang nggak kalah berkesan, selama 2 hari menjalani perawatan di sini ini aku dijamu dengan makanannya yang...hmmm, sebenernya sih sederhana, masakan rumahan biasa, tapi rasanya itu ngingetin aku sama masakan ibu yang udah bertahun-tahun nggak pernah kucicipi lagi. Hiks, jadi terharu. Nanti kalau lahiran lagi mau deh di sini lagi.

Itu tadi beberapa rekomendasi dokter kandungan dan bidan berdasarkan pengalamanku. Ya meskipun memilih dokter atau bidan itu sama aja kayak milih jodoh, cocok-cocokan. Tapi paling tidak tulisan ini bisa dijadikan referensi buat kalian yang sedang kebingungan. Semoga bisa membantu.

Komentar

  1. KU ke dr klo. Usg aja sih kak, selebihnya lahiran di bidan heheu emang klo sehat mah mending ke. Bidan aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya aq juga prefer ke bidan. Yang penting dipastikan dulu kondisi bayinya sehat n memungkinkan untuk lahiran normal

      Hapus
  2. Halo mau bertanya biaya cek up di dr. Maximus berapa ya?apa betul ngantrinya lama bgt ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waktu itu sama obat nggak sampai 400rb. Ngantrinya lumayan lama,tapi waktu itu karena dokternya dateng trlambat. Sebenernya sama aja sih seperti ngantri di dokter2 lain

      Hapus
  3. Saya juga dl klo cek kandungan ke dokter. Karena sehat, lahirannya sama bidan. Sama dgn mba di Klinik Al Islam juga. Kayaknya bidannya sama. Pengen bilang makasih lebih, tp ga tanya namanya. Lahiran selanjutnya pgn disana lagi. Pelayanannya nyaman dan harga terjangkau

    BalasHapus
    Balasan
    1. Subhanallah, sy juga agak nyesel nggak sempet pamitan dan ngucapin makasih lebih. Karena dikira masih nginep lama eh taunya udah dibolehin pulang. Bidannya udah ganti sift jd nggak ketemu lagi.

      Hapus
    2. Mba maaf mau tanya klinik al islam ini tepat nya di mana ya mba...

      Hapus
    3. Di daerah deket cicadas mba. Klo rmh sya di katamso jdi lumayan aga deket

      Hapus
  4. Ba maaf mau tanya klinik al islam ini tepat nya di mana ya mba

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istri Pengen Self Care VS Suami yang Nggak Peka

Aku tergelitik untuk nulis ini karena baca salah satu komentar di Instagramku, yang ngebahas tentang pentingnya para ibu meluangkan waktu untuk self care ( Tonton di sini ).  Kalo ditanya, pasti semua ibu pengen self care -an. Tapi realitanya, boro-boro, mau self care gimana? Udah repot duluan ngurus anak. Belum lagi kalo suami nggak peka 😢  Kayaknya sangat mewakili ibu-ibu banget yaa. Angkat tangan kalo relate ! 🤭 Emang ya, Bun. Setelah punya anak, apalagi masih kecil, mau nyuri waktu self care tuh "menantang" banget. Padahal itu salah satu kebutuhan dasar supaya kita bisa recharge energi. Makanya, penting banget peran suami di sini untuk gantiin take care anak atau bantu pekerjaan rumah selama kita self care . Tapi, banyak istri yang ngerasa suaminya nggak peka, nggak mau bantu.  Tau nggak, kalo sebenarnya kebahagiaan tertinggi seorang laki-laki adalah ketika ia bisa membahagiakan pasangannya. Boleh di kroscek ke suami masing-masing, apa definisi kebahagiaan bagi mere

Kota Mini Lembang, Destinasi Wisata Instagramable yang Nggak Sekedar buat Foto-Foto Cantik

Tempat wisata di Lembang emang nggak pernah ada habisnya. Belum tuntas mengunjungi satu tempat wisata, udah bermunculan lagi tempat wisata lain yang tentunya menambah daftar panjang keinginan untuk main ke Lembang. 

Review Softlens New More Dubai (Honey Brown)

Sebagai penderita mata minus aku jarang banget memakai softlens. Aku lebih memilih pakai kacamata untuk sehari-hari karena nggak ribet, dan hanya memakai softlens untuk event tertentu saja seperti kondangan atau acara spesial lain. Kebetulan bulan ini banyak banget undangan nikahan. Jadi aku memutuskan untuk beli softlens lagi. Walau hanya perintilan kecil aku ngerasa ini ngaruh banget untuk penampilanku keseluruhan. Meski baju dan dandanan udah cantik, kalau pakai kacamata tuh rasanya kurang perfect aja gitu.