Sejak kecil aku menyukai dunia seni dan hal-hal berbau kreatif. Cita-citaku, kalau nggak jadi penulis ya ilustrator (baca: My Passion Story ) Berangkat dari hal itu, aku memilih jurusan seni sebagai pendidikan formalku. Selama ini aku cukup idealis dan ambisius dalam mengejar sesuatu. Di sekolah aku termasuk murid berprestasi. Aku senang ikut berbagai kompetisi dan sering memenangkan penghargaan. Aku juga berhasil mendapatkan beasiswa di kampus ternama yang menjadi impian banyak orang. Lalu, setelah lulus aku bekerja sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan fashion, sesuatu yang memang aku inginkan selama ini. Tapi semuanya terhenti sejak aku punya anak. Aku merasa kehilangan banyak hal. Tidak adanya pencapaian membuatku merasa " unworthy ". Bisa dibilang itu menjadi salah satu titik terendahku (baca: Perjalanan Seorang Ibu Berdamai dengan Diri Sendiri ) Namun, di saat bersamaan, seolah Tuhan ingin memberitahuku, bahwa hidup tidak sekedar mengejar nilai dan angka-an
Selama ini kita mengenal Hanung dengan film-filmnya yang komersil. Tapi lebih dari itu aku tau sebenarnya Hanung adalah sutradara yang idelis. Hanya saja idealisme itu seringkali terbentur oleh kepentingan banyak pihak. Entah produser, selera pasar, dan masih banyak faktor lain. Film ini membuktikan bahwa penantianku terhadap karya idealis hanung tidaklah sia-sia. Ia berhasil menunjukan siapa ia sebenarnya. Terlihat betul bagaimana Hanung menggarap film ini dengan sepenuh hati. Nggak berlebihan jika aku menyebut ini sebagai salah satu film terbaik yang pernah ia buat.