Sejak kecil aku menyukai dunia seni dan hal-hal berbau kreatif. Cita-citaku, kalau nggak jadi penulis ya ilustrator (baca: My Passion Story ) Berangkat dari hal itu, aku memilih jurusan seni sebagai pendidikan formalku. Selama ini aku cukup idealis dan ambisius dalam mengejar sesuatu. Di sekolah aku termasuk murid berprestasi. Aku senang ikut berbagai kompetisi dan sering memenangkan penghargaan. Aku juga berhasil mendapatkan beasiswa di kampus ternama yang menjadi impian banyak orang. Lalu, setelah lulus aku bekerja sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan fashion, sesuatu yang memang aku inginkan selama ini. Tapi semuanya terhenti sejak aku punya anak. Aku merasa kehilangan banyak hal. Tidak adanya pencapaian membuatku merasa " unworthy ". Bisa dibilang itu menjadi salah satu titik terendahku (baca: Perjalanan Seorang Ibu Berdamai dengan Diri Sendiri ) Namun, di saat bersamaan, seolah Tuhan ingin memberitahuku, bahwa hidup tidak sekedar mengejar nilai dan angka-an
Sepotong
kayu kau lukai dengan paku. Di punggungnya kau tata aneka hidangan. Ia
menyaksikan keserakahanmu. Sembari cemas berharap. Semoga ayam yang tengah kau
lahap. Bukan karibnya di kebun dulu.
Beberapa
kau jajar di muka rumah. Supaya jelas batas wilayah. Lalu kau tidur
nyenyak. Sementara rasa bersalah mengusiknya siang malam. Barangkali
burung-burung sedang bingung mendapati rumahnya hilang.
Sepotong
lagi kau pasung dekat pintu. Layu. Mendekap tubuh anak istrimu. Senyum kalian
membuatnya kian luka. Diam-diam diimpikannya. Pulang.
Bertemu
lagi dengan daun dan akar
(Maret
2010)
Komentar
Posting Komentar