Langsung ke konten utama

Istri Pengen Self Care VS Suami yang Nggak Peka

Aku tergelitik untuk nulis ini karena baca salah satu komentar di Instagramku, yang ngebahas tentang pentingnya para ibu meluangkan waktu untuk self care ( Tonton di sini ).  Kalo ditanya, pasti semua ibu pengen self care -an. Tapi realitanya, boro-boro, mau self care gimana? Udah repot duluan ngurus anak. Belum lagi kalo suami nggak peka 😢  Kayaknya sangat mewakili ibu-ibu banget yaa. Angkat tangan kalo relate ! 🤭 Emang ya, Bun. Setelah punya anak, apalagi masih kecil, mau nyuri waktu self care tuh "menantang" banget. Padahal itu salah satu kebutuhan dasar supaya kita bisa recharge energi. Makanya, penting banget peran suami di sini untuk gantiin take care anak atau bantu pekerjaan rumah selama kita self care . Tapi, banyak istri yang ngerasa suaminya nggak peka, nggak mau bantu.  Tau nggak, kalo sebenarnya kebahagiaan tertinggi seorang laki-laki adalah ketika ia bisa membahagiakan pasangannya. Boleh di kroscek ke suami masing-masing, apa definisi kebahagiaan bagi mere

Nasi Bancakan Bandung



Libur tahun baru kemarin aku nemeni Otong cari hape baru di Dukomsel. Selain BEC, Dukomsel merupakan pusat jual beli hape paling kumplit di bandung. Setelah muter-muter lebih dari 3jam, akhirnya dapat juga hp yang Otong inginkan.
Tinggal pertanggung jawaban kami pada rasa capek dan perut kelaparan. Kamipun berjalan sepanjang jalanmenuju gedung sate sambil memikirkan tempat makan di daerah itu. Tiba-tiba Otong teringat rekomend dari temannya,  ada sebuah tempat  makan yang katanya ‘Bandung banget’!
Belum sempat buka google map untuk mencari lokasi tempat tersebut, Otong mengajakku terus berjalan. Ternyata tak butuh banyak langkah, tempat yang dimaksud sangat dekat dengan tempat kami berdiri. Di depan terpampang tulisan besar “Nasi Bancakan”, yang merupakan nama tempat itu. Awalnya aku sudah curiga melihat banyak mobil yang diparkir. Dan benar saja, di depan pintu masuk kami telah disambut dengan antrian yang begitu panjang. Antrian yang langsung mengingatkanku pada pengantri tiket ‘breaking down part 3’ di BIP beberapa waktu lalu. Untunglah, ada Otong di depanku, kami bisa bercanda sehingga capek mengantri tidak terasa. Kami bahkan memanfaatkannya untuk  mengambil foto. Maklum, tempat itu memang cukup unik, apalagi untuk kami yang bukan asli bandung.






Rumah makan itu mengambil tema bandung tempo dulu. Dari mulai menu, interior dengan anyaman bambu, perabot antik dan poster-poster jadul, hingga peralatan makannya yang terbuat dari besi/seng (itu semua mengingatkanku pada masa kecil di rumah nenek).
Makanan disajikan dengan prasmanan. Mulai dari nasi, lauk hingga minum bisa memilih sendiri, sepuasnya! Nasi disini berupa nasi liwet yang rasanya gurih (mungkin dicampur dengan santan). O ya, karena penasaran aku mencoba pepes telur asin. Seperti halnya pepes ikan, pepes ini juga dibungkus daun pisang, hanya saja isinya telur asin, ada campuran tahunya juga. Rasanya sungguh istimewa! Pilihan minumnya pun macam-macam, salah satunya ada es goyobot, yang juga merupakan khas bandung. Sedangkan untuk camilan, ada kue balok. Bukan berarti keras seperti balok kayu atau es ya. Bentuknya saja yang menyerupai balok. Kalau rasanya... hehe.. aku sendiri belum pernah makan. Kalau penasaran, kita bisa mecicipi sekaligus melihat langsung proses pembuatannya.
Bagi kamu yang berasal dari luar kota dan sedang liburan ke bandung bersama keluarga besar, kusarankan banget untuk mengunjungi ke tempat ini. Tapi kalau kamu pengen ngedate atau nembak cewek di sini saya tidak terlalu menyarankan. Suasananya terlalu ramai dan banyak anak kecil. (atau mungkin karena aku datangnya pas liburan kali ya). But, over all tempat ini cukup menyenangkan, cocok untuk didatangi ramai-ramai. Dan pastinya, harganya cukup terjangkau untuk kantong mahasiswa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Softlens New More Dubai (Honey Brown)

Sebagai penderita mata minus aku jarang banget memakai softlens. Aku lebih memilih pakai kacamata untuk sehari-hari karena nggak ribet, dan hanya memakai softlens untuk event tertentu saja seperti kondangan atau acara spesial lain. Kebetulan bulan ini banyak banget undangan nikahan. Jadi aku memutuskan untuk beli softlens lagi. Walau hanya perintilan kecil aku ngerasa ini ngaruh banget untuk penampilanku keseluruhan. Meski baju dan dandanan udah cantik, kalau pakai kacamata tuh rasanya kurang perfect aja gitu.

Perjalanan Seorang Ibu Baru Berdamai dengan Diri Sendiri

Butuh waktu 3 tahun sampai aku bener-bener bisa menerima peran baruku sebagai ibu. Sebelumnya, aku cukup struggle dengan segala perubahan yang terjadi. Duniaku melambat. Aku yang selama ini ambisius tiba-tiba harus kehilangan apa yang selama ini kukejar. Karier, kebebasan, penghasilan dan juga mimpi-mimpiku. Aku ngerasa useless , nggak berharga, nggak berdaya sehingga aku marah ke diri sendiri. Aku juga ngerasa bersalah karena nggak mampu membahagiakan orang-orang yang kucintai. Kondisiku ini, kalau dilihat dari skala kesadaran manusia, berada pada level terendah, lebih rendah dibandingkan perasaan sedih, di mana orang-orang bisa sampai terpikir bunuh diri, itu karena dia udah ada pada level kesadaran tersebut. Untungnya, aku masih cukup waras untuk tidak melakukan hal-hal yang membahayakan. Meski begitu, aku selalu dilanda kecemasan hampir setiap saat. Desember 2021, bulan di mana anakku tepat berusia 3 tahun. Aku merasa bahwa yang terjadi denganku sudah sangat mengganggu. Sempet coba

Silly Gilly Daily: Rekomendasi Bacaan untuk Para Introvert

Beberapa tahun ini buku dengan konsep full colour dengan gambar-gambar ilustrasi sedang naik daun. Ditandai dengan munculnya buku #88LOVELIFE karya fashion blogger Diana Rikasari dan ilustrator Dinda PS pada tahun 2015 (Kabarnya buku ini sempat ditolak oleh penerbit sebelum akhirnya menjadi buku best seller ). Hingga baru-baru ini muncul buku yang fenomenal banget, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (nkcthi) yang langsung terjual 5000 eksemplar di menit-menit pertamanya (Aku termasuk salah satu yang menunggu2 buku ini terbit. Sampai harus bolak balik ke toko buku karena selalu sold out ). Kehadiran buku berilustrasi semacam ini menurutku memberi dampak sangat positif sehingga masyarakat antusias datang ke toko buku. Padahal dari segi harga buku ini tidaklah murah. Orang yang tadinya nggak suka membaca mulai tertarik dengan buku karena ilustrasinya. Bagi yang memang hobi membaca, mereka jadi punya alternatif bacaan yang nggak cuma berisi tulisan aja.