Sejak kecil aku menyukai dunia seni dan hal-hal berbau kreatif. Cita-citaku, kalau nggak jadi penulis ya ilustrator (baca: My Passion Story ) Berangkat dari hal itu, aku memilih jurusan seni sebagai pendidikan formalku. Selama ini aku cukup idealis dan ambisius dalam mengejar sesuatu. Di sekolah aku termasuk murid berprestasi. Aku senang ikut berbagai kompetisi dan sering memenangkan penghargaan. Aku juga berhasil mendapatkan beasiswa di kampus ternama yang menjadi impian banyak orang. Lalu, setelah lulus aku bekerja sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan fashion, sesuatu yang memang aku inginkan selama ini. Tapi semuanya terhenti sejak aku punya anak. Aku merasa kehilangan banyak hal. Tidak adanya pencapaian membuatku merasa " unworthy ". Bisa dibilang itu menjadi salah satu titik terendahku (baca: Perjalanan Seorang Ibu Berdamai dengan Diri Sendiri ) Namun, di saat bersamaan, seolah Tuhan ingin memberitahuku, bahwa hidup tidak sekedar mengejar nilai dan angka-an

Dan, kalo lagi beruntung bisa ketemu artis juga. Makanya, meski belum mandi, yang namanya tampil cantik n wangi tu wajib hukumnya. Soalnya mungkin banget, kita bisa berada di radius sangat dekat dengan artis itu. Bisa peluk, cium, bahkan jambak rambutnya (Asal mau trima resiko dituntut karena tindakan anarkis).
Kayak
yang satu ini, nih. Awalnya aq cuma denger suaranya aja dan sama sekali gak
niat untuk nengok sedikit pun.
“Artis dari Hongkong? Orang suaranya fals gituh!” Mau nggak
mau aku nengok demi memastikan cowok yang kulihat bukanlah artis.
Susah payah aku mengamatinya, ya, tau sendiri, mataku ini
buram kalo ngliat yang jauh-jauh. Tapi emang Tuhan maha adil, untuk nglihat
cowok cakep, penglihatanku langsung tajem.
“Niky Tirta!”
Aku langsung lari menembus kerumunan cewek-cewek yang lagi pada
histeris. Ya, yang lagi nyanyi di depanku ini beneran Niky Tirta asli, buka
KW-an. Tapi suaranya beda banget sama yang biasa kudengar di radio. Tapi yaa....,
berhubung artis, ganteng pula, suaranya mau kayak apa, kek, semua jadi bisa
dimaklumi.
Sudah hampir habis dua lagu, aku baru tersadar ada yang
dari tadi kulupakan. Ketika kutengok, persis dibelakangku, Totong lagi pasang
muka manyun, dengan kelopak mata setengah turun, dan pundak yang lunglai, mirip
hantu!
“Yuk..yuukk..., pulang, yuk.” Aku berusaha menenangkan
hatinya yang barangkali shock berat, berada di tengah histeria cewek-cewek, dan
dia satu-satunya cowok di situ.
Kami pun pulang, hatiku riang. Mudah-mudahan minggu depan masih bisa jogging lagi (Modus terselubung adalah... ketemu artis lagi)
Komentar
Posting Komentar