Kalau hujan reda
Capung yang melintas siang tadi
terhuyung murung
“Matahari basah kuyup lalu pingsan
setelah banjir menyapu negerinya!”
Pantas
awan mengerak
air mulai berloncatan
di kakiku
Ah, emak lupa angkat jemuran
Bapak tak pulang sejak pamit ke pulau
seberang
Muka pintu berembun enggan
terkatup
Telungkup mata di atas sepasang lutut
Air meriap di dada
Kalau hujan reda,
Aku ingin punya candikala
seperti gambar di kalender
kupinang serumpun alang-alang
bunga adalah altar
dan saksi bagi utusan langit yang datang bertandang
Walet berwajah pucat berteduh di balkon
tetangga
Di sudut laba-laba menggigil, memintal benang
terakhir
Bibirnya berucap putus asa ” Bagaimana menyulam
baju hangat?”
Sekeping logam dalam cawan kelelahan mengukur
jalan
Atap kardus menyerah kalah di tengah pertikaian
Laron...laron
hati-hati bangun rumah
Cacing...cacing
Ini tanah sengketa
Katak...katak
Kasihan ya,
tak punya sawah
Kupu,
Tunggu aku setelah hujan reda
Ranting, kaleng, tiang, puing kelebat berujud kelewang
Mak,
Aku berenang!
Gedung-gedung berjatuhan
seperti mainan yang kurobohkan kalau bosan!
(8 Desember 2009)
Komentar
Posting Komentar