Sejak kecil aku menyukai dunia seni dan hal-hal berbau kreatif. Cita-citaku, kalau nggak jadi penulis ya ilustrator (baca: My Passion Story ) Berangkat dari hal itu, aku memilih jurusan seni sebagai pendidikan formalku. Selama ini aku cukup idealis dan ambisius dalam mengejar sesuatu. Di sekolah aku termasuk murid berprestasi. Aku senang ikut berbagai kompetisi dan sering memenangkan penghargaan. Aku juga berhasil mendapatkan beasiswa di kampus ternama yang menjadi impian banyak orang. Lalu, setelah lulus aku bekerja sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan fashion, sesuatu yang memang aku inginkan selama ini. Tapi semuanya terhenti sejak aku punya anak. Aku merasa kehilangan banyak hal. Tidak adanya pencapaian membuatku merasa " unworthy ". Bisa dibilang itu menjadi salah satu titik terendahku (baca: Perjalanan Seorang Ibu Berdamai dengan Diri Sendiri ) Namun, di saat bersamaan, seolah Tuhan ingin memberitahuku, bahwa hidup tidak sekedar mengejar nilai dan angka-an
Kak,
Hari
ini aku datang
tanpa
sempat memberitahu
Membuat
repot jalan raya,
mendadak
bingung mau berteduh ke mana
Genting
gaduh, serupa perasaan
musti
cepat mengemasi segala urusan
Kupikir sekali waktu perlu pula, kutandaskan
wajahku
di
bukubuku anak sekolah
di
seragam yang baru kemarin selesai dicuci
agar
kelak mereka mengenangku
sebagai
puisi
Kak,
Sekalipun
nanti matahari akan marah
karena
cahayanya kutebas hingga patah
Biarlah
hari ini aku egois
Sebab
rindu tak lagi terbendung
untuk
sampai padamu
(ngomongngomong
lucu sekali,
sepanjang
jalan kudengar orang menggunjing sengit
tentang
langit salah musim
Sementara
yang kujatuhkan adalah doadoa mereka
yang
sempat menumpuk di ruang tunggu)
Kuingat
bagaimana kau
mengusik
debu kemarau yang lekat di jendela,
dengan
goresan angkaangka kalender
Di
sekat seberang kau bayangkan aku datang merapat
Dirimu
yang lain berlari riang menangkap kenangan,
meski
selalu tergelincir dari kedua tangan yang kau tengadahkan
Seperti
itulah aku ingin memulangkanmu
Dalam
genangan, muara segala rindu
Namun, Kak
Diamdiam
aku harus pergi
setelah
mengirim ricik nakal di matamu
Lalu tubuhmu rebah memucat,
Kutanggalkan
jejak cinta pada lekuk jarijarimu
(Nopember 2009)
Komentar
Posting Komentar