Sejak kecil aku menyukai dunia seni dan hal-hal berbau kreatif. Cita-citaku, kalau nggak jadi penulis ya ilustrator (baca: My Passion Story ) Berangkat dari hal itu, aku memilih jurusan seni sebagai pendidikan formalku. Selama ini aku cukup idealis dan ambisius dalam mengejar sesuatu. Di sekolah aku termasuk murid berprestasi. Aku senang ikut berbagai kompetisi dan sering memenangkan penghargaan. Aku juga berhasil mendapatkan beasiswa di kampus ternama yang menjadi impian banyak orang. Lalu, setelah lulus aku bekerja sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan fashion, sesuatu yang memang aku inginkan selama ini. Tapi semuanya terhenti sejak aku punya anak. Aku merasa kehilangan banyak hal. Tidak adanya pencapaian membuatku merasa " unworthy ". Bisa dibilang itu menjadi salah satu titik terendahku (baca: Perjalanan Seorang Ibu Berdamai dengan Diri Sendiri ) Namun, di saat bersamaan, seolah Tuhan ingin memberitahuku, bahwa hidup tidak sekedar mengejar nilai dan angka-an
Wah, udah lewat tengah malam. Tapi meski capek, rasanya masih ngganjel kalo belum posting blog (Setelah sekian lama gk posting). This the truth saturday night! Padahal aq baru ngeh sorenya kalo kmrn tu hari sabtu. Cz seharian di depan Lappy, nulis artikel untuk tugas bikin tabloid. Aku pergi nonton pembukaan pameran S.E Dewanto di Common Room bareng temen2. Pameran lukisan itu ternyata tak semanis judulnya 'Dongeng Sebelum Tidur' yang menurutku lebih mirip sebuah teror atau semacam mimpi buruk. Ya, itulah kesan pertama yang kurasakan saat melihat deretan lukisan yang terpajang. Dominasi warna merah dan hitam begitu kental. Menggambarkan sisi gelap, kekerasan,penindasan dan ketakutan.
![]() |
karya-karya S.E Dewanto ini menyadarkanku bahwa ternyata ada banyak sekali kekerasan di sekitar kita |
Selain pameran, ada juga sebuah pertunjukan teater yang ditampilkan. Tentu saja aku senang karena sejak di Bandung ini pertama kalinya aku menyaksikan sebuah pertunjukan teater. (Berbeda dengan di jogja yang setiap bulan selalu saja ada pertunjukan teater). Rasanya seperti menemukan oase yang lama kucari. Sebagaimana lukisan yang dipamerkan, pertunjukan ini juga menggambarkan kesuraman. Dan karena jenisnya surealis, aku tidak begitu 'ngoyo' menangkap isi cerita, karena memang pikiranku belum bisa nyampe ke sana (berat dan kental). Hanya menikmati saja. Semua mengalir, adegan demi adegan saling susul sehingga tak ada waktu untuk jemu. Sama sekali tak membosankan.
Adegan pembuka
Salah satu adegan puncak
Komentar
Posting Komentar