Sejak kecil aku menyukai dunia seni dan hal-hal berbau kreatif. Cita-citaku, kalau nggak jadi penulis ya ilustrator (baca: My Passion Story ) Berangkat dari hal itu, aku memilih jurusan seni sebagai pendidikan formalku. Selama ini aku cukup idealis dan ambisius dalam mengejar sesuatu. Di sekolah aku termasuk murid berprestasi. Aku senang ikut berbagai kompetisi dan sering memenangkan penghargaan. Aku juga berhasil mendapatkan beasiswa di kampus ternama yang menjadi impian banyak orang. Lalu, setelah lulus aku bekerja sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan fashion, sesuatu yang memang aku inginkan selama ini. Tapi semuanya terhenti sejak aku punya anak. Aku merasa kehilangan banyak hal. Tidak adanya pencapaian membuatku merasa " unworthy ". Bisa dibilang itu menjadi salah satu titik terendahku (baca: Perjalanan Seorang Ibu Berdamai dengan Diri Sendiri ) Namun, di saat bersamaan, seolah Tuhan ingin memberitahuku, bahwa hidup tidak sekedar mengejar nilai dan angka-an
Hah, akhirnya
bisa sedikit bernafas lega. Minggu ini emang menjadi minggu yang super sibuk.
Ujian.. ujian!! Nglembur sampai pagi. Untung kerja kelompok, jadi dagdigdug nya
bisa ditanggung bareng, meski capeknya nggak jauh beda sih dengan kerja sendiri.
But, untuk hasilnya lumayan puas kok (Bisa di chek di youtube-ku). Yang pertama
mata kuliah stopmotion. kami harus membuat sebuah video stopmotion berdurasi 30
detik. Bersama Ario dan Totong kami membuat stopmotion dengan tokoh sebuah
burger, burger ajaib yang bisa loncat-locat! Sementara tugas Narasi Visual kami
diharuskan membuat e-book interaktif. Kami mengangkat Tamansari untuk tugas
tersebut. Minggu depan masih ada beberapa ujian lagi.
Ya, perjuangan
masih harus berlanjut. Tapi untuk sejenak, kami menyempatkan diri untuk melepas
penat. Emm, sebenernya bukan melepas penat sih, kalaupun iya tentu aku nggak
akan memilih BEC sebagai tempat tujuan. Bayangkan, dalam waktu setengah bulan saja
udah sekitar 6 kali aku bolak-balik ke sana untuk servis leptop, (sekali nemeni
Totong beli pen tablet baru. Hasil menang lomba karikatur loh! Pengen). Ya,
gimana lagi, penyakit laptopku kambuh lagi. Terpaksa harus diservis. Untung
masih ada garansi jadi bisa gratis. Tapi kabar buruknya, tukang servis sendiri
nggak bisa menjamin laptopku itu bisa bertahan lama. Daripada bolak-balik diservis,
lebih baik segera dijual aja mumpung masih bisa nyala. Tapi aku jadi shock
ketika kutanya berapa harga jual laptopku, ternyata turun drastis. 3 tahun lalu
aku membelinya dengan harga 5juta, sekarang dijual mungkin cuma laku 1jutaan.
Hiks.. Padahal bulan depan udah mulai TA. Artinya, harus menyiapkan leptop yang
benar-benar prima untuk bisa diajak kerja keras, bergadang nonstop, dan menyimpan
data banyak. Tahun lalu aja, dengan kondisi laptop yang masih oke, sempat
mengalami lola bahkan nge-hank.
Ah, aku kok jadi
semakin curiga sama kontrakanku ya? Kira-kira udah 5 bulan aku menempati
kontrakan ini. Entah kebetulan atau enggak, satu-persatu komputer kami,
penghuni kontrakan, mendadak rusak. Mulai dari monitor Diko yang suka mati
nyala, CPU Ario yang nggak berfungsi sama sekali (Tadi sore giliran monitornya
yang mati), komputernya Fikhi, komputernya Bang Parlin yang aneh bin ajaib
karena cuma di kontrakan aja yang nggak bisa nyala, ketika di tes di tempat
lain sehat wal afiat, sekarang giliran laptopku yang eror. Bukan mau bicara
mistis loh ( ya, walaupun kata tetangga di sini memang banyak hantu usil,
sampai2 banyak penghuni yang nggak betah. Baru kami pemecah rekor yang bisa
bertahan sampai sekarang). Ada dugaan karena arus listrik di sini nggak stabil,
jadi berpengaruh ke peralatan elektronik terutama komputer atau laptop.
Sayangnya belum ada bukti soal itu. Kalo memang benar, aku berharap pihak-pihak
terkait yang membaca tulisan ini dapat membantu, kalo tidak, nantinya akan
lebih banyak lagi korban berjatuhan.
Komentar
Posting Komentar