Sejak kecil aku menyukai dunia seni dan hal-hal berbau kreatif. Cita-citaku, kalau nggak jadi penulis ya ilustrator (baca: My Passion Story ) Berangkat dari hal itu, aku memilih jurusan seni sebagai pendidikan formalku. Selama ini aku cukup idealis dan ambisius dalam mengejar sesuatu. Di sekolah aku termasuk murid berprestasi. Aku senang ikut berbagai kompetisi dan sering memenangkan penghargaan. Aku juga berhasil mendapatkan beasiswa di kampus ternama yang menjadi impian banyak orang. Lalu, setelah lulus aku bekerja sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan fashion, sesuatu yang memang aku inginkan selama ini. Tapi semuanya terhenti sejak aku punya anak. Aku merasa kehilangan banyak hal. Tidak adanya pencapaian membuatku merasa " unworthy ". Bisa dibilang itu menjadi salah satu titik terendahku (baca: Perjalanan Seorang Ibu Berdamai dengan Diri Sendiri ) Namun, di saat bersamaan, seolah Tuhan ingin memberitahuku, bahwa hidup tidak sekedar mengejar nilai dan angka-an
Tuan ,
semalam kita menyaksikan
detik-detik renta tergelincir dalam pusara
Kurenggut pekat langit
dengan percik api yang kutuai dari dadamu
Kuserahkan nadiku yang
tandus untuk kau aliri darah
agar jelaga di jariku luruh menjadi
bait-bait bersayap
Ini upacara kematian
Dan kita merayakannya dengan
tambur seperti sepasang mempelai
Ah, bukankah air mata adalah
keranda bagi tubuhnya sendiri?
Aku telah berhenti merawat
luka
Semoga waktu tak lagi risau
dengan benih musim dalam
rahim
Tuan, ada cincin di tubuh
purnama!
(Januari 2010)
Komentar
Posting Komentar