Sejak kecil aku menyukai dunia seni dan hal-hal berbau kreatif. Cita-citaku, kalau nggak jadi penulis ya ilustrator (baca: My Passion Story ) Berangkat dari hal itu, aku memilih jurusan seni sebagai pendidikan formalku. Selama ini aku cukup idealis dan ambisius dalam mengejar sesuatu. Di sekolah aku termasuk murid berprestasi. Aku senang ikut berbagai kompetisi dan sering memenangkan penghargaan. Aku juga berhasil mendapatkan beasiswa di kampus ternama yang menjadi impian banyak orang. Lalu, setelah lulus aku bekerja sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan fashion, sesuatu yang memang aku inginkan selama ini. Tapi semuanya terhenti sejak aku punya anak. Aku merasa kehilangan banyak hal. Tidak adanya pencapaian membuatku merasa " unworthy ". Bisa dibilang itu menjadi salah satu titik terendahku (baca: Perjalanan Seorang Ibu Berdamai dengan Diri Sendiri ) Namun, di saat bersamaan, seolah Tuhan ingin memberitahuku, bahwa hidup tidak sekedar mengejar nilai dan angka-an
Kami tiba di negeri dongeng,
Sebuah negeri yang pernah moyang tuturkan
lewat aroma hutan
masa silam
Kaki menyentuh langit
Angin pecah di dada
tak pelak
membuncahkan rasa yang telah bemukim lama
Kau percaya
tak ada jarak yang menjadi jarak
Dalam sebuah prosesi
aku menyaksikan
Laut mengharu biru dipeluk
gunung
Layaknya rindu menahun
yang musti dituntaskan
usai pengembaraan jauh
Dengan kesetiaan abadi
ombak mengikis keangkuhan
Awan rebah di atas pepasir basah
lebur bersama tarian ikan-ikan kecil
menjadi buih
memercik di tubuhku
Lantas,
kenapa tidak
kubentang layar
Mendayung seiring doa-doa panjang
Suatu hari
perahuku
akan tiba
di hatimu
(Yogya, juni 2010)
Komentar
Posting Komentar