Sekali
lagi matahari harus bertekuk lutut,
menyerah
kalah,
seperti
pagipagi sebelumnya
Dunia
masih lelap dalam buaian
mimpi
yang tak juga kesampaian
Matahari
terpejam
Udara
terpejam
Hati
terpejam
Bulan
hampir terpejam
Akuilah
wahai surya
Wanita
itu lebih perkasa
dipaksanya
pagi membelalakkan mata
Mencakar
lereng bukit
menyeruak,
menyisiri semak tebu
menelusuri
akar jati hingga ke bawah
kakikaki
telanjang
mencium
mesra tanah berbatu
Burung
kecil adalah orkes sepanjang jalan
Senandung
kehidupan dan perjuangan
Dicumbu
pagi buta,
merekalah
penguasa saat kau masih terlena
Dan
ketika kau terlambat menyadari geliat kehidupan
Bergegas
Menggeregah Berbenah
membentangkan
selendang warna emas dari balik bukit
Kau
cipratcipratkan pada daun, embun
pada
bungabunga tebu
pada
tenggok di punggungnya yang harum buah kweni
Sesungguhnya
mereka telah siap mengajakmu berlari
Dan
akhirnya akuilah sekali lagi
wahai
matahari
wanita
itu jauh lebih perkasa memeluk pagi
(Yogya, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar