Sejak kecil aku menyukai dunia seni dan hal-hal berbau kreatif. Cita-citaku, kalau nggak jadi penulis ya ilustrator (baca: My Passion Story ) Berangkat dari hal itu, aku memilih jurusan seni sebagai pendidikan formalku. Selama ini aku cukup idealis dan ambisius dalam mengejar sesuatu. Di sekolah aku termasuk murid berprestasi. Aku senang ikut berbagai kompetisi dan sering memenangkan penghargaan. Aku juga berhasil mendapatkan beasiswa di kampus ternama yang menjadi impian banyak orang. Lalu, setelah lulus aku bekerja sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan fashion, sesuatu yang memang aku inginkan selama ini. Tapi semuanya terhenti sejak aku punya anak. Aku merasa kehilangan banyak hal. Tidak adanya pencapaian membuatku merasa " unworthy ". Bisa dibilang itu menjadi salah satu titik terendahku (baca: Perjalanan Seorang Ibu Berdamai dengan Diri Sendiri ) Namun, di saat bersamaan, seolah Tuhan ingin memberitahuku, bahwa hidup tidak sekedar mengejar nilai dan angka-an
Setelah berbagai pandangan miring ditujukan pada para petinggi negeri, kali ini kembali DPR menjadi sorotan.Rencana pembangunan gedung DPR baru yang akan dimulai Oktober mendatang dan diperkirakan menelan biaya 1,6 teriliyun rupiah sontak menuai protes dari rakyat. Hal itu dinilai terlalu mewah dan berlebihan. Menurut rencana, gedung baru nantinya akan dibuat 36 lantai dengan luas 159.000 m2. Ruang setiap anggota DPR yang tadinya berukuran 32 m2 akan diperluas lagi nyaris empat kali lipat menjadi 120 m2. Padahal jika dihitung rata-rata harga satu ruangan DPR saja sekitar 2,8 miliar. Belum cukup dengan itu, akan dibuat pula kolam renang, ruang pijat dan spa di dalamnya.
Tentu saja hal ini sangat melukai hati rakyat. Di tengah kemiskinan yang tak kunjung reda, DPR malah asyik mempersolek diri. Alasannya agar DPR dapat semakin meningkatkan kinerjanya. Juga sebagai salah satu bentuk reword terhadap DPR yang selama ini ‘telah’ memperjuangkan nasib rakyat. Padahal korupsi merajarela. Belum lagi, masih banyak kebijakan DPR yang tidak memihak terhadap rakyat. Apa dengan pembangunan gedung baru dapat menjamin masalah dapat teratasi? Atau justru DPR akan semakin terlena dengan kemewahan dan jauh dari rakyat kecil. Sudah selayaknya DPR mengkaji ulang perlu tidaknya pembangunan gedung baru tersebut.
Bukankah lebih baik anggaran itu dialihkan untuk mensejahterakan rakyat, khususnya dalam hal pendidikan. Sungguh memprihatikan, di luar sana ada banyak gedung sekolah yang sudah tak layak huni namun perhatian pemerintah sangat minim. Beberapa bahkan sampai roboh mencederai murid-muridnya. Padahal murid-murid itulah yang kelak akan menjadi penerus bangsa menggantikan para pemimpin negeri ini. Meski begitu, dengan segala keterbatasan, mereka tetap semangat bersekolah demi meraih cita-cita mengharumkan nama bangsa. Seharusnya DPR malu dan mau bercermin. Kesederhanaan bukanlah penghalang untuk meraih sesuatu. Rasa prihatin justru dapat menjadikan diri lebih mawas, juga sebagai pemicu semangat untuk bisa lebih baik lagi.
Di muat di Harian Minggu Pagi, 2010
Tentu saja hal ini sangat melukai hati rakyat. Di tengah kemiskinan yang tak kunjung reda, DPR malah asyik mempersolek diri. Alasannya agar DPR dapat semakin meningkatkan kinerjanya. Juga sebagai salah satu bentuk reword terhadap DPR yang selama ini ‘telah’ memperjuangkan nasib rakyat. Padahal korupsi merajarela. Belum lagi, masih banyak kebijakan DPR yang tidak memihak terhadap rakyat. Apa dengan pembangunan gedung baru dapat menjamin masalah dapat teratasi? Atau justru DPR akan semakin terlena dengan kemewahan dan jauh dari rakyat kecil. Sudah selayaknya DPR mengkaji ulang perlu tidaknya pembangunan gedung baru tersebut.
Bukankah lebih baik anggaran itu dialihkan untuk mensejahterakan rakyat, khususnya dalam hal pendidikan. Sungguh memprihatikan, di luar sana ada banyak gedung sekolah yang sudah tak layak huni namun perhatian pemerintah sangat minim. Beberapa bahkan sampai roboh mencederai murid-muridnya. Padahal murid-murid itulah yang kelak akan menjadi penerus bangsa menggantikan para pemimpin negeri ini. Meski begitu, dengan segala keterbatasan, mereka tetap semangat bersekolah demi meraih cita-cita mengharumkan nama bangsa. Seharusnya DPR malu dan mau bercermin. Kesederhanaan bukanlah penghalang untuk meraih sesuatu. Rasa prihatin justru dapat menjadikan diri lebih mawas, juga sebagai pemicu semangat untuk bisa lebih baik lagi.
Di muat di Harian Minggu Pagi, 2010
Komentar
Posting Komentar